Sabtu, 24 November 2012

Wanita Pantang Menyerah



Nurhasanah adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus kepala rumah tangga di dalam keluarga yang ia bina. Ia yang telah di tinggal pergi oleh suaminya selama 14 tahun sebagai TKI dan tidak memberikan nafkah setiap bulannya serta tidak mendapatkan kabar dari sang suami, maka kini wanita yang berusia 45 tahun ini bekerja sebagai kuli cuci, mengasuh anak orang lain, dan menjual jajanan otak-otak.

Ketika matahari belum memancarkan cahayanya, wanita yang lebih sering disapa Aas ini sudah bekerja sebagai kuli cuci. Ia melakukan pekerjaan itu ketika anak-anaknya sedang tertidur lelap, dan ia hanya ditemani oleh suara ayam berkokok. Pukul 8 pagi ia mengasuh anak sampai pukul 4 sore, disamping itu ia juga berjualan otak-otak pada pukul 10 pagi sampai 3 sore. Itulah rutinitas yang aas lakukan selama 14 tahun belakangan ini.
"Uang hasil jualan otak-otak sebagian saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, dan separuhnya lagi saya gunakan untuk modal dagang saya", ujar Aas. Penghasilan yang ia dapat dari menjual otak-otak tidaklah seberapa, hanya cukup untuk memberikan makan 3 kepala. "Tapi saya masih bersyukur karena saya masih bisa menyimpan uang, dari hasil kuli cuci untuk keperluan mendadak dan untuk membiayai anak-anak saya sekolah", ucapnya.

"Saya banting tulang mencari uang untuk kedua anak-anak saya. Selama 14 tahun saya meletakkan kaki di kepala dan kepala di kaki hanya untuk melihat masa depan kedua anak-anak saya agar jauh lebih baik dari yang saya harapkan selama ini", itulah yang dikatakannya dengan wajah yang penuh harapan.

Anak pertamanya dapat bersekolah sampai SMA dan mendapatkan nilai akhir dengan nilai rata-rata 8,9. "Alhamdulillah anak pertama saya dapat sekolah sampai Sekolah Menengah Atas, sekarang anak saya sudah bekerja dan Insya Allah tahun besok akan mendaftar ke Perguruan Tinggi", kata ibu dua anak ini dengan tersenyum bahagia.

 
Setiap orangtua ingin melihat anak-anak mereka dapat tumbuh dengan baik dan mempunyai masa depan yang cerah melebihi harapan orangtuanya. Sebagai seorang wanita yang menafkahi keluarganya, ia membuktikan walaupun ia seorang wanita dan tanpa di dampingi oleh suami, ia tidak pantang menyerah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terutama pada pendidikan kedua anak-anaknya. Ya, itulah yang dilakukan oleh Nurhasanah yang dapat dijuluki Wanita Pantang Menyerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar