Nurhasanah adalah seorang ibu rumah tangga
sekaligus kepala rumah tangga di dalam keluarga yang ia bina. Ia yang telah di
tinggal pergi oleh suaminya selama 14 tahun sebagai TKI dan tidak memberikan
nafkah setiap bulannya serta tidak mendapatkan kabar dari sang suami, maka kini
wanita yang berusia 45 tahun ini bekerja sebagai kuli cuci, mengasuh anak orang
lain, dan menjual jajanan otak-otak.
Ketika matahari belum memancarkan
cahayanya, wanita yang lebih sering disapa Aas ini sudah bekerja sebagai kuli
cuci. Ia melakukan pekerjaan itu ketika anak-anaknya sedang tertidur lelap, dan
ia hanya ditemani oleh suara ayam berkokok. Pukul 8 pagi ia mengasuh anak
sampai pukul 4 sore, disamping itu ia juga berjualan otak-otak pada pukul 10
pagi sampai 3 sore. Itulah rutinitas yang aas lakukan selama 14 tahun
belakangan ini.
"Uang hasil jualan otak-otak
sebagian saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, dan separuhnya lagi saya
gunakan untuk modal dagang saya", ujar Aas. Penghasilan yang ia dapat dari
menjual otak-otak tidaklah seberapa, hanya cukup untuk memberikan makan 3
kepala. "Tapi saya masih bersyukur karena saya masih bisa menyimpan uang,
dari hasil kuli cuci untuk keperluan mendadak dan untuk membiayai anak-anak
saya sekolah", ucapnya.
"Saya banting tulang mencari
uang untuk kedua anak-anak saya. Selama 14 tahun saya meletakkan kaki di kepala
dan kepala di kaki hanya untuk melihat masa depan kedua anak-anak saya agar
jauh lebih baik dari yang saya harapkan selama ini", itulah yang
dikatakannya dengan wajah yang penuh harapan.
Anak pertamanya dapat bersekolah
sampai SMA dan mendapatkan nilai akhir dengan nilai rata-rata 8,9.
"Alhamdulillah anak pertama saya dapat sekolah sampai Sekolah Menengah
Atas, sekarang anak saya sudah bekerja dan Insya Allah tahun besok akan
mendaftar ke Perguruan Tinggi", kata ibu dua anak ini dengan tersenyum
bahagia.
Setiap orangtua ingin melihat anak-anak mereka dapat
tumbuh dengan baik dan mempunyai masa depan yang cerah melebihi harapan
orangtuanya. Sebagai seorang wanita yang menafkahi keluarganya, ia membuktikan
walaupun ia seorang wanita dan tanpa di dampingi oleh suami, ia tidak pantang
menyerah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terutama pada pendidikan kedua
anak-anaknya. Ya, itulah yang dilakukan oleh Nurhasanah yang dapat dijuluki
Wanita Pantang Menyerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar